“RI Terkuat di Asia Tenggara, Lawan Malaysia Tak Diragukan Lagi”
Posted on 01/09/2010
JAKARTA (Berita SuaraMedia) – TNI Angkatan Udara tidak pernah
khawatir dengan kekuatan tempur udara yang dimiliki Angkatan Bersenjata
Malaysia. Indonesia memiliki keunggulan pesawat tempurnya saat ini.
“Kalau kekuatan saya kira sama lah yah, bahkan kita lebih unggul
sedikit,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Imam
Sufaat.
Dari segi kemampuan pilot pesawat tempur, kemampuan pilot Indonesia
lebih dari Malaysia. Contoh saja, saat diadakan latihan bersama
Malaysia, kemampuan menembak pilot TNI AU selalu tepat sasaran,
sementara Malaysia melenceng.
Ini kelihatan jelas, bahwa kemampuan pilot TNI AU melebihi pilot
tentara Malaysia. “Beberapa kali kita latihan di Malindo
(Malaysia-Indonesia) Pilot kita targetnya selalu hancur, mereka ada
yang miss,” terang Kasau.
Sedangkan untuk kepemilikan pesawat tempur, ada kelebihan dan
kekurangannya. Seperti pesawat Sukhoi buatan Rusia, Indonesia baru
punya 7 menuju 10 pesawat, sedangkan Malaysia sudah menuju 18 pesawat.
“Tapi kalau F-16 kita punya, sedangkan Malaysia tidak punya sama sekali,” ujar Kasau.
Bahkan, untuk kemampuan aerobatik pun, Indonesia banyak memiliki pilot yang handal di strategi itu, sedangkan Malaysia tidak.
“Jadi tidak perlu dikhawatirkan, baik dari segi kemampuan tentaranya maupun pesawat-pesawatnya,” tuturnya.
Sementara merujuk pada buku berjudul “Pertahanan Negara dan Postur
TNI Ideal” karya pengamat militer Universitas Indonesia, Connie
Rakahundi Bakrie.
Buku ini diluncurkan istri Mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn)
Djaja Suparman pada 2007 lalu, memuat antara lain perbandingan
alutsista TNI dengan negara dunia dan utamanya di Asia Tenggara.
Perbandingan Persenjataan:
Secara umum untuk total pesawat tempur TNI-AU berjumlah 247 unit,
RSAF (Angkatan Udara) Singapura 153 unit. Meski lebih banyak namun 53
persen pesawat tempur TNI-AU itu dikategorikan fighter dibandingkan
milik Singapura.
Di Asia Tenggara, Indonesia terbanyak di mana posisi kedua Vietnam
204 unit pesawat fighter dan Thailand (posisi keempat) 87 unit pesawat.
Malaysia tidak disebutkan namun yang jelas di bawah dari keempat
negara yang disebutkan di atas. Jenis pesawat fighter TNI-AU terdiri
atas F-5, F-16, Sukhoi, Su-30, dan 2 unit Su-27, F-5, dan berbagai
jenis lainnya.
Untuk helikopter yang dimiliki TNI-AU hanya 38 unit terdiri atas dua
jenis Assault dan Transport (tipe NAS-332L Super Puma serta NAS-330
Puma). Di Asia Tenggara, jumlah terbanyak helikopter dimiliki Singapura
110 unit, lalu AU Filipina 80 unit. Indonesia berada di peringkat
ketujuh dari 10 negara Asia Tenggara. Malaysia tidak disebutkan apakah
di bawah Indonesia atau di atasnya.
Sementara itu, Lembaga Swadaya Masyakarat Forum Indonesia Sejahtera
(FIS) meminta masyarakat agar tidak bereaksi berlebihan menghadapi
persoalan dengan Malaysia.
“Kita mengajak masyarakat luas agar menanggapi isu persoalan
Malaysia dengan kepala dingin,” kata Sekretaris Jenderal FIS,
Suriswanto, dalam pernyataan persnya di Jakarta, Rabu.
Ia menyatakan pihaknya prihatin dengan masalah perbatasan
Indonesia-Malaysia, pencurian ikan oleh para nelayan Malaysia, dan
penangkapan petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh Polisi
Maritim Diraja Malaysia di perairan RI 13 Agustus lalu.
Namun, dalam menghadapi masalah-masalah ini, Suriswanto meminta
masyarakat Indonesia agar tidak meresponsnya secara berlebihan.
Rasa ketidakpuasan masyarakat yang berlebihan dikhawatirkan akan
dipakai pemerintah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) untuk
mengalihkan isu dari permasalahan yang lebih penting di dalam negeri.
Suriswanto menuturkan pemerintah harus tetap mengutamakan
penyelesaian masalah yang berhubungan dengan kepentingan rakyat, seperti
kesulitan ekonomi, pengangguran, praktik korupsi, pelanggaran hukum
dan ketidakadilan sosial daripada memprioritaskan persoalan Malaysia.
“Kita pun meminta Pemerintah Malaysia agar tidak menanggapi protes
rakyat Indonesia karena Indonesia negara demokratis,” kata Suriswanto.
Sebelumnya, berbagai kelompok masyarakat menggelar aksi unjukrasa
terkait dengan masalah perbatasan wilayah, eksekusi mati ratusan WNI di
Malaysia, penangkapan tiga pegawai Kementerian Kelautan Perikanan oleh
polisi Malaysia dan pencurian ikan oleh nelayan Malaysia.
Suriswanto mengatakan, berbagai permasalahan itu harus diselesaikan
melalui perundingan yang intensif antara Pemerintah Indonesia dan
Malaysia.
“Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono hendaknya segera menyelesaikan
permasalahan dengan Malaysia melalui perundingan intensif,” katanya.
Sehari sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajak
masyarakat agar memandang dan menyelesaikan masalah dengan Malaysia
secara rasional namun tetap tegas.
“Melalui penjelasan ini saya ingin mendudukan persoalan pada
tempatnya, mengajak masyarakat bertindak rasional namun memberikan
kesan ketegasan kita,” katanya.
Selain bertindak secara rasional, Presiden juga mengatakan Indonesia
akan mendorong Malaysia menyelesaikan perundingan mengenai batas
wilayah sambil memelihara hubungan yang ada saat ini.
SBY juga menyatakan, meski pemerintah sudah memberikan respons dan
penjelasan melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan
Menkopolhukam Djoko Suyanto, penanganan masalah tersebut masih menjadi
wacana publik di dalam negeri.
Berkaitan dengan masalah ini, Kepala Negara berencana memberikan
penjelasan pada acara berbuka puasa bersama jajaran TNI di Markas Besar
TNI di Cilangkap.
Sedangkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pada rapat kerja
bersama Komisi I DPR di Jakarta sebelumnya mengatakan, Indonesia adalah
negara terkuat di Asia Tenggara.
Purnomo menceritakan tiga hal yang menunjukkan kedigdayaan Indonesia, utamanya hal-hal yang berkaitan dengan perbatasan.
“Pernah ada kapal nelayan suatu negara yang dikawal kapal perang dari
negara yang lebih besar dari Malaysia. (Mereka) ketemu dengan patroli
laut kita. Kita dorong mereka keluar dari wilayah perbatasan. Dan dalam
banyak kesempatan, kita tahan nelayannya,” kata Purnomo di hadapan
anggota Komisi I DPR.
“Kedua, pada tahun 2002, ada suatu perjanjian bahwa daerah di
perbatasan itu statusnya status quo. Pada waktu itu, negara tetangga
membangun gedung pertanian, bea cukai, dan segala macam di wilayah
perbatasan. Oleh anak-anak kita, itu dibongkar semua. Itu suatu bukti
anak-anak kita di lapangan tidak main-main dengan kedaulatan negara,”
sambung Purnomo.
Purnomo juga mengaku pernah berbincang-bincang dengan banyak komandan
lapangan yang turut bergabung dengan latihan gabungan bersama dengan
negara tetangga.
Para komandan lapangan tersebut, katanya, melaporkan bahwa kekuatan
armada Indonesia tak kalah dengan negara tetangga. “Jadi, inilah dasar
saya untuk membuatstatement bahwa negara kita sebenarnya kuat. Negara
kita terkuat di ASEAN. Hanya saja, kadang-kadang di antara kita itu suka
meremehkan. Itu yang bikin kita sedih,” kata Purnomo.
Ditambahkannya, insiden penangkapan tiga pegawai Kementerian Kelautan
dan Perikanan akan menjadi beda jika saat itu ada anggota TNI Angkatan
Laut yang berada di lokasi kejadian. “Jika TNI AL ada, itu urusannya
jadi lain. Saya bisa kasih insurance untuk itu,” kata Purnomo.
(fn/vs/ant/km)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar