MEWUJUDKAN TNI ANGKATAN LAUT YANG KUAT DAN DISEGANI

Selasa, 12 Juni 2012

Kekuatan TNI

“RI Terkuat di Asia Tenggara, Lawan Malaysia Tak Diragukan Lagi”


Posted on 01/09/2010





JAKARTA (Berita SuaraMedia) – TNI Angkatan Udara tidak pernah khawatir dengan kekuatan tempur udara yang dimiliki Angkatan Bersenjata Malaysia. Indonesia memiliki keunggulan pesawat tempurnya saat ini.

“Kalau kekuatan saya kira sama lah yah, bahkan kita lebih unggul sedikit,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Imam Sufaat.

Dari segi kemampuan pilot pesawat tempur, kemampuan pilot Indonesia lebih dari Malaysia. Contoh saja, saat diadakan latihan bersama Malaysia, kemampuan menembak pilot TNI AU selalu tepat sasaran, sementara Malaysia melenceng.

Ini kelihatan jelas, bahwa kemampuan pilot TNI AU melebihi pilot tentara Malaysia. “Beberapa kali kita latihan di Malindo (Malaysia-Indonesia) Pilot kita targetnya selalu hancur, mereka ada yang miss,” terang Kasau.

Sedangkan untuk kepemilikan pesawat tempur, ada kelebihan dan kekurangannya. Seperti pesawat Sukhoi buatan Rusia, Indonesia baru punya 7 menuju 10 pesawat, sedangkan Malaysia sudah menuju 18 pesawat.

“Tapi kalau F-16 kita punya, sedangkan Malaysia tidak punya sama sekali,” ujar Kasau.

Bahkan, untuk kemampuan aerobatik pun, Indonesia banyak memiliki pilot yang handal di strategi itu, sedangkan Malaysia tidak.

“Jadi tidak perlu dikhawatirkan, baik dari segi kemampuan tentaranya maupun pesawat-pesawatnya,” tuturnya.

Sementara merujuk pada buku berjudul “Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal” karya pengamat militer Universitas Indonesia, Connie Rakahundi Bakrie.

Buku ini diluncurkan istri Mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn) Djaja Suparman pada 2007 lalu, memuat antara lain perbandingan alutsista TNI dengan negara dunia dan utamanya di Asia Tenggara.

Perbandingan Persenjataan:

Secara umum untuk total pesawat tempur TNI-AU berjumlah 247 unit, RSAF (Angkatan Udara) Singapura 153 unit. Meski lebih banyak namun 53 persen pesawat tempur TNI-AU itu dikategorikan fighter dibandingkan milik Singapura.

Di Asia Tenggara, Indonesia terbanyak di mana posisi kedua Vietnam 204 unit pesawat fighter dan Thailand (posisi keempat) 87 unit pesawat.

Malaysia tidak disebutkan namun yang jelas di bawah dari keempat negara yang disebutkan di atas. Jenis pesawat fighter TNI-AU terdiri atas F-5, F-16, Sukhoi, Su-30, dan 2 unit Su-27, F-5, dan berbagai jenis lainnya.

Untuk helikopter yang dimiliki TNI-AU hanya 38 unit terdiri atas dua jenis Assault dan Transport (tipe NAS-332L Super Puma serta NAS-330 Puma). Di Asia Tenggara, jumlah terbanyak helikopter dimiliki Singapura 110 unit, lalu AU Filipina 80 unit. Indonesia berada di peringkat ketujuh dari 10 negara Asia Tenggara. Malaysia tidak disebutkan apakah di bawah Indonesia atau di atasnya.

Sementara itu,  Lembaga Swadaya Masyakarat Forum Indonesia Sejahtera (FIS) meminta masyarakat agar tidak bereaksi berlebihan menghadapi persoalan dengan Malaysia.

“Kita mengajak masyarakat luas agar menanggapi isu persoalan Malaysia dengan kepala dingin,” kata Sekretaris Jenderal FIS, Suriswanto, dalam pernyataan persnya di Jakarta, Rabu.

Ia menyatakan pihaknya prihatin dengan masalah perbatasan Indonesia-Malaysia, pencurian ikan oleh para nelayan Malaysia, dan penangkapan petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh Polisi Maritim Diraja Malaysia di perairan RI 13 Agustus lalu.

Namun, dalam menghadapi masalah-masalah ini, Suriswanto meminta masyarakat Indonesia agar tidak meresponsnya secara berlebihan.

Rasa ketidakpuasan masyarakat yang berlebihan dikhawatirkan akan dipakai pemerintah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) untuk mengalihkan isu dari permasalahan yang lebih penting di dalam negeri.

Suriswanto menuturkan pemerintah harus tetap mengutamakan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan kepentingan rakyat, seperti kesulitan ekonomi, pengangguran, praktik korupsi, pelanggaran hukum dan ketidakadilan sosial daripada memprioritaskan persoalan Malaysia.

“Kita pun meminta Pemerintah Malaysia agar tidak menanggapi protes rakyat Indonesia karena Indonesia negara demokratis,” kata Suriswanto.

Sebelumnya, berbagai kelompok masyarakat menggelar aksi unjukrasa terkait dengan masalah perbatasan wilayah, eksekusi mati ratusan WNI di Malaysia, penangkapan tiga pegawai Kementerian Kelautan Perikanan oleh polisi Malaysia dan pencurian ikan oleh nelayan Malaysia.

Suriswanto mengatakan, berbagai permasalahan itu harus diselesaikan melalui perundingan yang intensif antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia.

“Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono hendaknya segera menyelesaikan permasalahan dengan Malaysia melalui perundingan intensif,” katanya.

Sehari sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajak masyarakat agar memandang dan menyelesaikan masalah dengan Malaysia secara rasional namun tetap tegas.

“Melalui penjelasan ini saya ingin mendudukan persoalan pada tempatnya, mengajak masyarakat bertindak rasional namun memberikan kesan ketegasan kita,” katanya.

Selain bertindak secara rasional, Presiden juga mengatakan Indonesia akan mendorong Malaysia menyelesaikan perundingan mengenai batas wilayah sambil memelihara hubungan yang ada saat ini.

SBY juga menyatakan, meski pemerintah sudah memberikan respons dan penjelasan melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Menkopolhukam Djoko Suyanto, penanganan masalah tersebut masih menjadi wacana publik di dalam negeri.

Berkaitan dengan masalah ini, Kepala Negara berencana memberikan penjelasan pada acara berbuka puasa bersama jajaran TNI di Markas Besar TNI di Cilangkap.

Sedangkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pada rapat kerja bersama Komisi I DPR di Jakarta sebelumnya mengatakan, Indonesia adalah negara terkuat di Asia Tenggara.

Purnomo menceritakan tiga hal yang menunjukkan kedigdayaan Indonesia, utamanya hal-hal yang berkaitan dengan perbatasan.

“Pernah ada kapal nelayan suatu negara yang dikawal kapal perang dari negara yang lebih besar dari Malaysia. (Mereka) ketemu dengan patroli laut kita. Kita dorong mereka keluar dari wilayah perbatasan. Dan dalam banyak kesempatan, kita tahan nelayannya,” kata Purnomo di hadapan anggota Komisi I DPR.

“Kedua, pada tahun 2002, ada suatu perjanjian bahwa daerah di perbatasan itu statusnya status quo. Pada waktu itu, negara tetangga membangun gedung pertanian, bea cukai, dan segala macam di wilayah perbatasan. Oleh anak-anak kita, itu dibongkar semua. Itu suatu bukti anak-anak kita di lapangan tidak main-main dengan kedaulatan negara,” sambung Purnomo.

Purnomo juga mengaku pernah berbincang-bincang dengan banyak komandan lapangan yang turut bergabung dengan latihan gabungan bersama dengan negara tetangga.

Para komandan lapangan tersebut, katanya, melaporkan bahwa kekuatan armada Indonesia tak kalah dengan negara tetangga. “Jadi, inilah dasar saya untuk membuatstatement bahwa negara kita sebenarnya kuat. Negara kita terkuat di ASEAN. Hanya saja, kadang-kadang di antara kita itu suka meremehkan. Itu yang bikin kita sedih,” kata Purnomo.

Ditambahkannya, insiden penangkapan tiga pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan akan menjadi beda jika saat itu ada anggota TNI Angkatan Laut yang berada di lokasi kejadian. “Jika TNI AL ada, itu urusannya jadi lain. Saya bisa kasih insurance untuk itu,” kata Purnomo. (fn/vs/ant/km) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar